Laman

c

Minggu, 27 September 2015

Kisah Bilal R.a. Berutang kepada Seorang Musrik untuk Berkhidmat kepada Nabi saw

Pada suatu ketika Bilal r.a. di Tanya ”Bagaimanakah biaya keperluan Nabi saw.?” Jawabnya. “Beliau saw. Tidak pernah menyimpan sesuatu untuk esok hari. Akulah yang mengurusnya. Sudah menjadi kebiasaan Nabi saw., Jika beliau didatangi seseorang yang kelaparan, maka bila tidak ada biaya, beliau akan berkata kepadaku,”Pinjamlah dari siapa saja agar dapat memberi makan orang itu.”Lalu kan kupenuhi keperluan orang itu dengan berutang. Jika ada orang dating tanpa pakaian, maka beliau saw. Akan berkata,”Pinjamlah dari siapa saja agar dapat membelikan baju untuk orang itu.”Lalu aku carikan pakaian untuknya dengan berutang. Inilah kebiasaan Rasulullah saw. Pada suatu hari, seorang musyrik dating menemuiku. Ia berkata,”Aku telah memperoleh banyak rezeki. Jika kamu perlu uang, jangan meminjam dari orang lain, pinjamlah dariku.”Aku senang dengan tawaran itu, aku pun meminjam uangnya untuk keperluan Nabi saw.
 
          Suatu ketika, setelah aku berwudhu untuk adzan, tiba-tiba datanglah orang musyrik itu dengan kelompoknya. Ia berteriak,”Hai orang Habsyi!” Aku pun menoleh lalu menjumpainya. Ia langsung memaki dan berkata kasar kepadaku. Katanya,”Tinggal berapa hari lagi bulan ini?” Jawabku,”Sudah hamper habis.” Ia berkata,”Bulan ini tinggal empat hari lagi. Jika kamu tidk membayar utangm dalam empat hari ini, maka aku akan menjadikan dirimu sebagai budakku dan kamu harus mengembalakan kambing seperti dahulu.”Setelah berkata demikian, ia pun pergi meninggalkanku.

          Sepanjang hari aku sangat sedih memikirkan hl itu. Setelah shalat Isya, aku mendekati Nabi saw. Kuceritakan seluruh kejadian tersebut kepada beliau. Aku berkta,”Ya Rasulullah, sekarang engkau tidak memiliki apapun untuk melunasi utangku. Aku juga tidak memiliki apa-apa untuk membayarnya. Si musyrik itu pasti akan menghinaku lagi. Oleh karena itu, Jika diizinkan, aku akan pergi dari sini sampai mendapatkan uang untuk membayar utang itu. Jika engkau memanggilku, aku akan segera dating.”Setelah kuucapkan hal tersebut kepada beliau saw., aku segera pulang. Kupersiapkan pedang, perisai, sepatu, dan barang-barang lainnya untuk keberangkatan esok harinya.

          Ketika Shubuh hampir tiba, datanglah seseorang dan berkata,”Cepatlah, Nabi ingin menjumpaimu.” Aku segera pergi. Setibanya disana, kulihat ada empat ekor unta penuh muatan sedang duduk. Nabi saw. Bersabda,” Ada kabar gembira untukmu, wahai Bilal. Allah memberikan karunia-Nya untuk membayar utangmu. Ambillah unta-unta itu beserta muatannya, barang ini telah dikirim sebagai hadiah untukku dari pemimpin kaum Fadak atas nazarnya.”Aku pun mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt., lalu segera aku bayar semua utangku. Pada saat itu, Nabi saw. Masih menunggu di masjid. Aku kemnbali ke mesjid menjumpai Nabi saw. Aku berkata,”Alhamdulillah, dengan berkah engkau utangku dapat terbayar, ya Rasulullah. Dan sekarang tidak ada lagi utang yang tersisa.”Beliau saw. Bertanya,”Apakah masih tersisa barang-barang itu?”Sahutku,Ya” ada sedikit tersisa.”Nabi saw. Berkata,”Sisa barang-barang itu pun harus kamu bagikan sampai habis, sehingga aku dapat tenang. Aku tidak akan pulang sebelum barang itu habis dibagikan.” Kemudian aku pergi untuk membagi-bagikan barang tersebut. Setelah shalat Isya, Nabi saw. Bertanya kepadaku,”Apakah masih ada sisa dari yang kukatakan tadi?” Jawabku,” Ada sedikit sisa, belum dating yang memerlukannya.”Maka nabi saw. Kembali beristirahat di masjid. Keesokan harinya, setelah shalat Isya, Nabi saw. Bertanya lagi,”Apakah masih ada sisa barang dari yang kukatakan kemarin?” Jawabku,” Allah telah memberkati engkau dengan ketentraman jiwa. Semua barang-barang itu telah habis dibagikan.”Mendengar kabar tersebut, beliau saw. Memuji dan bersyukur kepada Allah swt. Rasulullah saw. Sangat takut jika nyawa beliau dicabut, sedangkan masih ada sisa harta yang menjadi miliknya. Barulah pada malam itu Nabi saw. Kembali ke rumanya menemui istri-istri beliau. (Badzlul-Majhud) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

c