Laman

c

Sabtu, 26 Desember 2015

Delapan jenis makanan yang paling baik mencegah penyakit

Delapan jenis makanan yang paling baik mencegah penyakit:
(1) الرمان/delima
(2)الUروب/yogurt
(3)الثوم/bawang putih
(4)البصل/bawang besar
(5)الشاي الأخضر/teh hijau
(6)الشوفان/oat
(7)القرع/labu
(8)البروكلي/brokoli
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
ثلاثة أشياء تمرض الجسم :
Tiga hal yg membawa penyakit:

(1) الكلام الكثير/banyak bicara
(2) النوم الكثير/banyak tidur
(3) الأكل الكثير/banyak makan
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
وأربعة أشياء تهدم البدن :
Empat hal yang merusak badan:

(1) الهم/duka
(2) الحزن/sedih
(3) الجوع /lapar
(4) السهر /tidak tidur malam
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
وأربعة تزيد في ماء الوجه وبهجته :
Empat hal menambah cerah wajah:

(1) التقوى/taqwa
(2) الوفاء /jujur
(3) الكرم /pemurah
(4) المروءة/jaga kehormatan
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
وأربعة تجلب الرزق :
Empat hal yang menarik rezeki:

(1) قيام الليل/qiyamulail
(2) كثرة الاستغفار بالأسحار/banyak istighfar waktu 2/3 mlm
(3) تعاهد الصدقة/biasa bersedekah
(4) الذكر أول النهار وآخره/berdzikir waktu awal pagi dan petang
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
وأربعة تمنع الرزق
Empat hal yang mencegah rizqi:

(1) نوم الصبح/tidur waktu pagi
(2) قلة الصلاة/sedikit sholat
(3) الكسل/malas
(4)  البخل/bakhil untuk berinfaq
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
"
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
إذا أعجبتك هذه الكلمات, لا تبخل بها على اصحابك واحبابك .. !!
Kalau Anda kagum dengan kalimat-kalimat tersebut,  berbagilah dengan teman" / orang" yang kita sayangi.

Bulir ibrah dan hikmah

Bulir Ibrah dan Hikmah
"Ibu, Maaf tak Ada Bunga Untukmu"
Dinukil dan diselia dari tulisan Budi Ashari,  2014
http://goo.gl/jgI1p9
***
Dalam silaturahim saya ke salah seorang senior saya, dengan gurau beliau berkata: Ayo, sudah cari kado belum untuk hari ibu?
Di grup orang-orang baik yang ada di media sosial pun bermunculan berbagai kreasi gambar tentang kemuliaan seorang ibu dan ujungnya: Selamat Hari Ibu.
Saya baru sadar kalau ini adalah bulan di mana hari ibu diperingati. Dari sejak awal, saya katakan bahwa berbagai peringatan hari tersebut jelas bukan karakter agama Islam ini. Tak hanya hari ibu, ada juga hari ayah, hari tembakau, hari kanker, dan entah hari-hari apa yang akan diusulkan kembali setelah ini.
Ini hadir dari kebiasaan sebuah masyarakat yang tidak mampu memenuhi hak seseuatu yang diperingati tersebut. Maka untuk memberikan kepedulian dan perhatian mereka, hari itu diadakan.
***
Silakan baca sejarah hari-hari tersebut. Hari ibu ini contohnya. Hari yang mulai diramaikan di Amerika ini menjadi hari yang diperingati mengingat masyarakat Amerika adalah masyarakat tanpa ikatan kekeluargaan seperti yang kita kenal dalam Islam. Semakin hari semakin renggang, bahkan bisa tidak saling kenal. Kawin cerai semakin membuat rumit hubungan antara anak dan orang tuanya. Tak ada bab birrul walidain dalam kajian etika mereka. Melihat itu semua, nurani mereka mulai terusik. Ibu yang berjasa –setidaknya- mengandung dan melahirkan, harus dihormati jasanya. Bahkan gereja tak sanggup menyuguhkan moral itu.
Hingga Anna Jarvis tahun 1908 untuk kali pertama membawa bunga yang dibagikan kepada para jemaat yang ada di gereja tempat dahulu ibunya beribadat. Sebelum ini semua, Julia Ward Howe sudah mengkampanyekan ibu untuk keselamatan di Inggris, dalam rangka menyatukan wanita untuk melawan peperangan yang sedang terjadi.
Anna Jarvis memilih waktu Minggu, karena ia ingin menjadi peringatan yang berkekuatan spiritual gereja. Konggres Amerika baru menyepakatinya sebagai hari resmi nasional pada tahun 1914.
***
Tapi tahukah Anda, kalau Anna Jarvis akhirnya menyesal?
Hanya 9 tahun setelah diresmikannya hari ibu, Amerika mulai berpesta di setiap hari ibu tiba. Dengan dalih menghormati ibu, mereka hanya memanfaatkannya untuk bisnis dan marketing berbagai hadiah di pasar. Sakralitas gereja telah berubah menjadi ajang marketing pasar.
Anna Jarvis menyesal, "Saya berharap bahwa saya tidak memulai hari ini, karena ia telah keluar dari kendalinya."
Anna mengerahkan sisa hidup dan hartanya untuk mengembalikan hari yang telah disesalinya itu. Dengan semua kemarahannya. Tapi tanpa hasil. Bahkan disebutkan bahwa ia ditangkap tahun 1948 gara-gara demo atas keruhnya hari ibu, dia dianggap mengganggu keselamatan.
***
Maaf, apa istimewanya sejarah hari ibu di atas?
Bermula dari pembagian bunga dan hanya berujung pada penjualan bunga. Bermula dari gereja berujung penyesalan. Dan akhirnya penangkapan
Maaf, apa istimewanya?
Cermatilah semua peringatan yang mereka buat. Tak jauh dari suasana seperti itu.
Perlahan tapi pasti, peringatan seperti ini mulai memasuki tubuh muslimin yang tak lagi mempunyai pertahanan kokoh. Termasuk negeri ini. Kita lupa kalau kita ini muslim. Tak memerlukan sebuah hari di mana kita menghormati dan berbakti kepada ibu kita.
***
Karenanya,
Maaf ibu
Tak ada bunga untukmu
Tidak kartu tak pula makanan kesukaanmu
Hanya di Hari Ibu
Karena aku sadari sepenuhnya
Kaulah segalanya
Tempatmu hanya sederajat di bawah Allah dan Rasul-Nya
Tiga kali lipat di atas ayah kau lebih mulia
Surga ada di bawah telapak kakimu
Kau pintu surga anak-anakmu
Makhluk yang paling berhak terhadap diriku adalah dirimu
Perintah Al-Quran untuk bakti hanya menyebut jasamu
Al Adabul Mufrod karya Al Bukhari membuka dengan bab tentangmu
Doa ampunan dan kasih sayang selalu terkirimkan untukmu
Setelah amal dan dalam sujud panjangku selalu kado doa untukmu
Bahkan,
Bakti kepadamu tak terhenti setelah tiadamu
Untuk mengantar yang terbaik hingga peristirahatan indahmu
Untuk semua janji, kewajiban, dan wasiatmu
Untuk saudara dan kerabatmu
Untuk teman baikmu
Karena seluruh hidupku untukmu,
di setiap hela nafasku
Sadar, tawaf menggendongmu tak mampu membalas setetes air susumu
Dan,
Karena bakti tak mengenal hari
***
Mari Berdoa
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ ﴿١٩٣﴾ رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ ﴿١٩٤﴾
Rabbanaa innanaa sami'naa munaadiyan yunaadii lil-iimaani an aaminuu birabbikum faaamannaa. Rabbanaa faaghfir lanaa dzunuubanaa wakaffir 'annaa sai-yi-aatinaa watawaffanaa ma'al abror.  Rabbanaa waaatinaa maa wa'adtanaa 'ala rusulika walaa tukhzinaa yaumal qiyaamah. Innaka laa tukhliful mii'aad
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,  "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlan kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
(QS. Ali-Imran 193-194)
Aamiin

Minggu, 15 November 2015

Kebiadaban --dan pembenaran terhadap tindakan biadab-- tidak mungkin muncul dari kaum beragama yang memahami agama

MUHASABAH UNTUK MEMBENTENGI DIRI









Oleh: Muhson Arrosyid

Bangga diri adalah meruntuhkan semangat, sedangkan merasa diri banyak kelemahan adalah sikap yang waspada, hati2 dalam bertindak.

Jangan berandai-andai dalam hidup kenyataan, karena melamun sering tak seindah harapan. Dan jangan terburu-buru apa yang anda cita-citakan, dan jangan memperlihatkan kebanggaan diri di hadapan orang. Karena setiap orang mempunyai jatah waktu sendiri-sendiri.

Manusia bisa berubah kapan saja, Tuhan mempunyai kehendak yang tidak bisa di tebak oleh hambanya, tugas sebagai hamba yang taat adalah selalu berusaha dan ikhtiyar,

Adapun jika keputusan dan dan yang menentukan tuhan semesta alam, jika engkau ridlo dengan pemberiannya, maka engkau termasuk orang penyabar dan orang Qona'ah dalam hidup, dan engkau akan merasakan nikmatnya hidup menderita saat deket dengan tuhan,
Jika hatimu ada kesucian hati, ketaatan, dan takut pada tuhanmu, maka seluruh binatang yang ada di muka bumi baik darat maupun lautan akan menjadi sahabatmu, dan bahkan akan mendoakanmu.

Ibarat Emas murni, meskipun di bakar dengan api, tetep emas juga, tidak berubah menjadi besi tembaga.
Jika Allah mencintaimu, maka engkau akan di uji setiap waktu,

Ujianmu tidak akan di berikan orang lain
Ujian orang lain juga tidak akan di berikan kepadamu
Rizqimu tidak akan di berikan orang lain
Rizqi Orang lain juga tidak akan di berikan kepadamu

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Jogjakarta / Ahad / 15 / November / 2015
----------(Pujonggo Ndesoo)------------

persahabatan

Sabtu, 14 November 2015

sahabat adalah seperti bintang...

sahabat

Orang lahir dengan polos dan pergi dengan telanjang

Seorang lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui Ali bin Abi Thalib, ia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah”
Lelaki itu berkata, “Ya, tanyakanlah”
“Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini?” kata Ali bin Abi Thalib
“Tentu tidak,” jawabnya
“Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini?” tanya Ali bin Abi Thalib
“Tidak juga,” jawabnya
Kemudian Ali bin Abi Thalib berkata, “Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi?"
Ali bin Abi Thalib melanjutkan, “Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas urusan dunia. Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan. Tersenyumlah, karena rizkimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur. Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur”
Suatu ketika Nabi Isa as berkata kepada para sahabatnya: "Yang paling banyak mengeluh di antara kalian pada waktu ditimpa musibah adalah yang paling banyak menghadapkan wajahnya kepada dunia"
Orang lahir dengan polos
dan pergi dengan telanjang
di antara dua kejadian itu
kehidupan dunia dilaluinya dengan cemas
takut hartanya hilang
(Jalaluddin Rumi)

Yang paling sulit berhadapan dengan kemunafikan didepan kita baik-baik saja bahkan cenderung memuji berlebihan namun dibelakang menghabisi. Berusaha menjadi orang yang positif memang perlu pengorbanan...."percaya sama Allah swt, tetapkan tujuan.."

memiliki istri yang tidak gemar selfi...

Selasa, 10 November 2015

kejahatan akan menang.....

.

Alloh tahu kamu lelah,,,,

"Bagaimana kabar mu pagi ini?"

Al Muzani (Abu Ibrahim Ismail ibn Yahya) bercerita, bahwa suatu hari ia menemui syafi'i ketika beliau sakit sebelom wafatnya. Ia berkata,
"Bagaimana kabar mu pagi ini?"
Imam Syafi'i menjawab:
"Aku akan beristirahat dari dunia, aku akan berpisah dari para sahabat. Aku akan minum dari gelas maut, dan kepada allah aku akan menghadap. Oohhh, bahkan aku tak tahu apakah ruhku nanti akan menuju syurga atau neraka. Maka takziahilah ia (ruh-ku) nanti.
Kemudian beliau menangis lalu bersenandung:
Jika hatiku mengeras melebam
Dan jalan-jalan tampak muram
Ku-jadikan harapanku atas ampunan
Sebagai tangga menuju keselamatan
Sungguh teramatlah besar dosaku
Dan saat kudekatkan pada ampunan
Oh.., tuhan, lebih besar lah ampunan mu. Engkau selalu masih akan mengampuni dosa
Engkau pemurah, pengpun dan pemulia
Demi engkau, janganlah sampai hamba menyembah iblis si tukang perdaya
Betapa tidak demikian, bahkan adam hamba-mu yang suci itu, ia tergelincirkan
Milik allah-lah nafas kearifan & jalan kemuliaan
Tempat menghadap seorang kekasih meminta keadilan dengan pelupuk yang mengalir darah oleh tangisan
Yang bangun sendirian disaat gelap malam memanjang disebabkan oleh rasa takut yang dahsyat dan kesedihan
Ia teramat fasih dalam dzikir menyebut tuhannya, padahal dihadapan sesama mahluk, ia gagap bicara.
Ia mengingat hari-hari yang lewat dari masa mudanya, yang dilalui dalam kebodohan dan bergelimang dosa
Maka, ia pun berteman duka sepanjang siang
Bersaudara pengakuan dan munajat saat malam datang
Ia berkata: kasihku, engkaulah harapan dan tujuanku
Cukuplah dirimu, bagiku, tempat meminta dan menuju
Bukankah engkau yang mendidik dan memberi petunjuk diri
Dan engkau pun pemberi anugarah dan nikmat tak henti-henti
Oohh... , semoga pemilik kebaikan mengampuni ketergelinciran ku
Dan menutupi dosa-dosa ku dan seluruh keburukan masa lalu.

Ulama besar yang atas kebesaranya tak mau meninggi. Bahkan dia pun merasa banyak dosa. Se kaliber imam syafi'i

Dikutip dari kumpulan diwan imam syafi'i

syariat islam di brunei darussalam

Kamis, 05 November 2015

BAHAYA PENGUASA


Abdulloh bin Mas'ud berkata:
إن على أبواب السلطان فتنا كمبارك الإبل، لا تصيبوا من دنياهم شيئا إلا أصابوا من دينكم مثله. (رواه البيهقى)
"Sesungguhnya pada pintu-pintu penguasa itu terdapat fitnah seperti ponggol unta. Tidak ada harta yang kalian terima darinya, kecuali akan mempengaruhi agama kalian".

Satu tahun dalam syariat Islam

Allah Swt, Tuhan Seru Sekalian alam menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya..
Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya.
Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal.
Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari..
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1437 H, semoga kita kedepan lebih baik didalamnnya dan diisi dgn sgla hal kebaikan, karena sebaik baiknya manusia yg mampu bermanfaat bagi yg lainya..

"Barang Siapa perhatiannya hanya pada apa yg masuk ke perutnya, maka nilai seseorang itu tidak lebih dari apa yg keluar dari perutnya"

Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Miliki Al-Hasani :
Alkisah ada seorang Fakir Miskin melewati jalan Madinah.
Di sepanjang jalan, dia sering melihat orang-orang makan Daging.
Diapun merasa sedih karena jarang sekali bisa makan Daging.
Dia pulang ke rumahnya dngan hati mendongkol.
Sesampai di rumah, istrinya menyuguhkan kedelai rebus.
Dngan hati terpaksa, dia memakan Kedelai itu seraya membuang kupasan Kulitnya ke luar jendela.
Dia sangat bosan dngan Kedelai.
Dia bilang kpada istrinya "Bagaimana hidup kita ini..?
Orang-orang makan Daging, kita masih makan Kedelai"

Tak lama kemudian, dia keluar ke jalan di pinggir rumahnya. Alangkah Terkejut, dia melihat seorang Lelaki Tua duduk di bawah jendela rumahnya sambil memungut Kulit-Kulit Kedelai yg tadi ia buang dan memakannya seraya bergumam:
الحمدلله الذي رزقني من غير حول مني ولا قوة
"Segala Puji bagi Allah SWT yg telah memberiku Rezeki tanpa harus mengeluarkan Tenaga"
Mendengar Ucapan Lelaki Tua itu, dia menitikkan Air Mata, seraya bergumam:
رضيت يا رب
"Sejak Detik ini, aku Rela dengan apapun yg Engkau berikan, ya Allah.."
Rejeki itu yg penting Mengalir,,
Besar Kecil yg penting ada Alirannya..
Jngan harap mengalir seperti banjir,,
Kalau tak bisa berenang bisa tenggelam..
ﺇﻟﻰ ﻣﺘﻰ ﺃﻧﺖ ﺑﺎﻟﻠﺬﺍﺕ ﻣﺸﻐﻮﻝ#
ﻭﺃﻧﺖ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﺖ ﻣﺴﺌﻮﻝ.
Sampai kapan engkau Sibuk dngn Kelezatan,
Sedangkan engkau akan di tanya tentang semua yg kau lakukan.
Kalam Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.W.A:
ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﻤّﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻪ ﻛﺎﻧﺖ ﻗﻴﻤﺘﻪ ﻣﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻨﻪ
"Barang Siapa perhatiannya hanya pada apa yg masuk ke perutnya, maka nilai seseorang itu tidak lebih dari apa yg keluar dari perutnya"

Selasa, 03 November 2015

DIPAKSA MENIKAHI PEREMPUAN CANTIK



Seminggu lagi, aku akan menikah, tetapi hari ini aku masih di sini, kota besar, sendiri memikirkan nasib. Tidak ada uang, tidak ada mobil, tidak ada pekerjaan, tidak ada apa-apa selain, handphone murah, dan oh... handphoneku ini juga tak ada pulsanya.

Sewa kontrakan pun belum aku bayar, tetapi aku akan menikah seminggu lagi. Acaranya sederhana, menikah dengan gadis kampung sebelah, di rumah keluarga gadis itu, dan aku juga tidak kenal siapa gadis itu. Orang tuaku yang mengaturnya, dan aku masih berpikir, mengapa orang tua gadis itu mau menikahkan anaknya dengan seorang laki-laki seperti aku.

Aku lelaki yang apabila ditanya apa kerjanya, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab. Aku memang bekerja, tetapi hanya kerja sambilan di hotel, membantu kawan-kawan yang berjualan online di internet, dan sesekali mengikuti seminar MLM. Kebanyakan waktu dihabiskan duduk-duduk di kontrakan, menatap surat kabar untuk mencari kerja.

Lalu, atas atas dasar apa ayah dan ibu gadis itu, mau menikahkan anaknya denganku, dan hantaran kawinnya, cuma senaskah Al Quran, dan mas kawin cuma Rp250.000. Lebih mengherankan, semua biaya acara ditanggung oleh keluarga si gadis.

Kenapa? Aku semakin tidak mengerti, kok mau orang tua gadis itu, mengawinkan aku dengan anak perempuannya yang cantik, yang berkerudung rapi. Ya, aku sudah melihat fotonya, dan karena kecantikannya, aku walaupun dengan semua keheranan itu, setuju juga dengan pernikahan yang diatur oleh keluarga ini. Ditambah, perempuan itu lulusan universitas luar negeri, berkerja sebagai pegawai negeri yang gajinya, cukup untuk membayar angsuran mobil BMW.

Pada mulanya, aku pikir aku ibarat tikus yang jatuh ke dalam gudang beras, tapi ketika acara semakin dekat, aku mulai berpikir, mungkin ada yang disembunyikan oleh keluarga si gadis. Apakah foto yang diberi sama dengan wajah asli perempuan itu? Apakah perempuan itu sebenarnya janda? Atau yang paling menakutkan, jangan-jangan perempuan itu sedang mengandung anak orang lain, dan aku menjadi 'ayah' untuk anak itu.
Dari sinilah kisahku dimulai.

***

Tengah hari itu aku nekat pulang ke kampung halaman. Aku nekat, mencari tahu latar belakang calon istriku, dan mengapa ibu bapaknya, mau melepaskan anaknya kepada laki-laki seperti aku. Cuma, aku tidak tahu bagaimana cara untuk mencari tahu. Selama di dalam bus, aku beruntung duduk di sebelah seorang laki-laki yang ramah.

Kepada laki-laki itu aku bertanya, “Bagaimana cara cari tahu latar belakang calon istri kita?”

“Mudah kok. Kalau dia ada FB, buka FB dia, atau cari saja nama lengkapnya di internet. Nanti ada lah informasi tentang dia. Kalau susah, pergi tempat kerjanya, tanya kawan-kawannya, atau tanya saudara-saudaranya.”

Untuk mencari tahu tentang calonku itu di internet, nama lengkapya saja aku tidak tahu. Aku cuma diberitahu, namanya Sarimah. Berapa banyak orang punya nama Sarimah di internet? Banyak! Lalu aku ambil nasihat kedua dari laki-laki itu, tanya rekan-rekan sekerjanya, dan mujur aku tahu gadis itu bekerja di kantor Bappenas.

Sampai di kampung, aku pinjam motor ayah, lalu pergi ke kantor Bappenas. Aku tidak tahu apa jabatannya, tetapi kantor sebesar itu, pasti banyak orang yang namanya sama. Tetapi agak tidak logis juga kalau aku langsung masuk ke kantor dan bertanya tentang calon istriku. Lalu akhirnya aku ambil keputusan menunggu dan memperhatikan di seberang jalan.

Aku pikir, mungkin pada waktu makan tengah hari, Sarimah dan kawan-kawannya akan keluar, dan apabila sudah ingat wajah kawan-kawannya, setelah pulang nanti boleh lah saya tanya tentang Sarimah. Itulah rencanaku, rencana yang diatur dengan baik. Lalu aku pun duduk di atas motor menghadap kantor Bappenas yang cuma satu beberapa meter di depanku.

Kemudian datang pula rasa menyesal, sebab pada jam 11 pagi, cuaca sudah terik. Di situ belum ada pohon yang rindang, karena semuanya baru saja dipangkas dahannya. Sudah panas terik, satpam di luar kantor mulai memperhatikanku. Bukan Cuma satpam, malah orang yang lalu lalang di situ turut memperhatikan.

Aku lupa, jam kantor seperti itu, segala perbuatan yang tidak biasa akan jadi perhatian. Perbuatanku, yang duduk di depan kantor bukan perkara biasa. Nampak terlalu aneh.

Akhirnya, aku semakin menyesal karena dari jauh aku lihat seorang perempuan keluar dari kantor. Semakin dekat perempuan itu, semakin aku berdebar. Wajahnya semakin jelas, dengan kerudung kuning muda, dan baju kurung biru muda. Dia adalah calon istriku, yang Cuma aku kenal namanya. Sarimah. Hanya itu.

Aku sempat berpikir untuk menghidupkan motor dan kemudian pergi dari situ. Tetapi semuanya sudah terlambat, kemudian Sarimah berkata, “Kamu Salman?”

Aku memberikan senyuman yang paling terpaksa pernah aku buat. Lebih terpaksa daripada senyum terpaksa apabila bertemu dengan guru semasa sekolah dahulu.

“Ya, saya. Kok kamu bisa tahu?”

“Kawan di kantor yang beritahu, katanya ada laki-laki di sebearang jalan. Mereka menggodaku, katanya mungkin aku kenal, dan aku pikir wajahmu sama dengan foto yang ditunjukkan oleh ibu.”

Satu kantor pun tahun aku menunggu disini?! Duh! Payah betul caraku mencari informasi ini. Kemudian aku memerhatikan wajah Sarimah, dan ternyata wajah aslinya jauh lebih cantik daripada wajah di foto. Mungkin karena itu pass foto. Orangtuanya pun hanya memberikan satu foto. Entahlah, ibu dan ayahku pun mungkin memberikan pass fotoku. Ketika itu juga aku merasa jantungku berdebar, karena saat mengambil foto itu, aku baru saja bangun tidur.

Aku perhatikan pula perutnya, tetapi tidak nampak ada tanda-tanda perempuan mengandung. Saat aku memperhatikan, terasa tangannya menyilang menutupi perutnya, dan aku malu karena ketahuan memperhatikan perutnya. Pasti dia sadar kalau aku memperhatikan perutnya, entah apa yang dia pikirkan sekarang.

Aku rasa, Sarimah ini adalah perempuan yang berani. Berani untuk keluar berjumpa denganku. Kalau perempuan lain, tentu mereka tidak berani. Barulah aku sadar, inilah pertemuan pertamaku dengan calon istri aku. Pertemuan dalam keadaan yang agak aneh.

Selepas pertanyaan itu, kami terdiam. Kami hanya berdiri di tepi jalan raya, sambil memandang ke arah yang sebenarnya agak aneh untuk dipandang. Aku memandang ke ujung jalan, dan Sarimah memandang ke arah motor ayahku.

Aku tahu, ini keadaan yang tidak betul dan aku sebagai laki-laki perlu menunjukkan contoh yang baik kepada calon istriku. Jadi, selepas puas berpikir dan memberanikan diri, aku berkata, “Sudah makan?”

“Saya sedang diet.”

Nasib baik bagiku dia bilang sedang diet. Bagaimana kalau dia bilang, ayo kita makan, aku akan sangat jahat sekali, karena di dalam dompetku cuma ada uang dua puluh ribu rupiah. Mana cukup. Setelah itu, keadaan kembali sepi.

“Aku mau kembali ke kantor,” kata Sarimah sopan dan membuatku lega.

“Aku juga mau pulang,” balasku, dan ternyata, rasa legaku tidak berlangsung lama.

“Malam ini datanglah ke rumah.”

“Datang ke rumahmu?”

“Iya, makan malam dengan keluargaku.”

Aku terdiam. Berdebar-debar.

“Jemputlah sekalian ayah dan ibumu kalau mereka tidak ada halangan.”

“Baiklah, selepas maghrib insya Allah aku sampai.”

***

Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa tidak puas hati dengan diriku. Mengapa aku tiba-tiba menjadi kaku? Seharusnya, pada waktu itulah aku banyak bertanya dan mencari tahu kenapa dia dan keluarganya memilih aku.

Cuma malam ini aku merasa sedikit bingung. Alamat rumah Sarimah, aku bisa tanya ayahku, tapi mungkinkah aku patut bawa ayah dan ibuku sekaligus? Tidak.. Tidak.... Bukannya aku tidak mau, biasanya kalau ada ibu, habis semua rahasia anaknya dia ceritakan. Beliau senang sekali menceritakan rahasia anaknya.

Lagipula aku ada banyak rahasia yang tidak patut Sarimah dan orangtuanya tahu. Rahasia yang paling aku takuti dibocorkan oleh ibu adalah hampir setiap bulan aku masih meminta uang kepada ibuku. Memang memalukan, tetapi untuk pergi seorang diri, aku juga tidak berani.

Akhirnya, aku punya ide paling bagus. Aku melajukan motor ayah langsung ke rumah kawan lamaku, Rudy. Bukan sekedar kawan lama, tetapi juga sahabat karib. Aku yakin dia ada di rumah, karena dia juga senasib denganku, belum ada pekerjaan tetap. Bedanya, dia bertarung hidup di kampung, dan aku bertarung hidup di kota.

Sesampainya di rumah Rudy, aku lihat Rudy sedang duduk di tangga sambil bermain gitar. Itulah kemampuan Rudy yang sangat aku cemburui. Aku tidak pandai bermain gitar, bahkan tak tahu caranya.... oh... ada lagi rupanya kemahiran Rudy yang tidak aku miliki. Rudy pandai menggoda gadis dengan bermain gitar, dan Rudy sangat berani berhadapan dengan perempuan, tidak seperti aku. Itulah akibatnya, aku tidak punya keyakinan apabila berhadapan dengan perempuan.

“Lama banget kau gak muncul,” kata Rudy saat aku duduk di sebelahnya.

“Masa lama sih. Baru juga dua bulan lebih.”

“Lama itu.”

Aku diam, dan coba mendengarkan petikan gitar lagu rock terkenal, 'Suci Dalam Debu'. Aku coba menyusun kata untuk mengajaknya menemaniku malam ini, tetapi belum ada kata yang bagus.

“Aku dengar seminggu lagi kau mau nikah. Kok gak ngundang?” kata Rudy, dan itu secara tidak langsung memberikanku jalan untuk melaksanakan rencanaku.

“Ini acara pihak perempuan, jadi mereka cuma ngundang kerabat perempuan aja.”

“Kerabatmu gimana?”

Aku diam, karena aku tidak tahu bagaimana menyampaikannya. Sebab dengan keuanganku sekarang, hidang mie goreng kepada tamupun aku tidak mampu.

“Lihat nanti saja lah. Kalau nanti kau sampai ke rumah ku, kau pergi dulu saja.”

Rudy semakin mengencangkan petikan gitarnya. Kini lagu Adele pula, 'Someone like you'. Entah mengapa, lagu yang temanya kecewa saja yang dia mainkan saat ini.

“Dia cantik gak?” Rudy memandang dengan senyuman penuh berharap.

“Cantik.”

“Gimana bisa kenal dia?” Senyuman Rudy kini semakin tinggi harapannya. Harapan jenis apa aku tidak tahu. Mungkin harapan untuk melihat aku bahagia. Walaupun aku merasa seperti Rudy pasti berpikir tidak logis aku mendapatkan gadis cantik.

“Ayah dan ibuku yang menjodohkan. Aku terima saja.”

“Kau belum pernah ketemu dia?”

“Baru tadi.”

“Memang dia cantik?”

“Memang cantik.”

Rudy kini memperlihatkan wajah orang yang sedang gusar dan berpikir panjang.

“Apa pekerjaannya?”

“Pegawai di Bappenas. Aku tidak tahu jabatannya. Tetapi ibuku bilang, dia punya jabatan cukup tinggi.”

“Hmm... Dia cantik, pekerjaan bagus, tapi kok dia mau kawin denganmu? Heran.”

Aku menelan liur. Nampaknya Rudy juga sudah merasa ada sesuatu yang tidak benar. Dia pandangi wajahku.

Rudy menyambung, “Kau, ganteng juga nggak. Heran-heran.”

Aku tersenyum pahit. Aku akui, aku memang tidak tampan dan itu pun sebenarnya merisaukanku juga.

“Kau tidak heran?” tanya Rudy.

“Ya heran juga sih.”

“Kau sudah periksa latar belakang perempuan itu?”

Aku pandangi wajah Rudy. Akhirnya peluangku tiba.

“Malam ini kau ikut aku. Temani aku ke rumah calonku itu.”

“Hah? Buat apa?” Rudy memandang heran.

“Dia ajak aku makan malam di sana. Ketemu dengan ayah dan ibunya. Nanti itu, baru akan aku cari tahu latar belakangnya.”

“Kau pergi sajalah sendiri.” Rudy kembali memetik gitar.

“Kamu kayak gak tahu aku. Aku segan. Aku butuh kamu temani aku. Kamu kan berani, mungkin kamu bantu aku kepo juga.”

“Kepo? Kepoin apa?”

“Tanyain lah hal-hal yang bisa ditanyain. Kamu kan berpengalaman dalam dunia percintaan. Pasti bisa bantu aku.”

Akhirnya, setelah lama aku bujuk, Rudy pun setuju.

***

Malam itu, walaupun aku sudah salin alamat dari ayahku, tetap saja aku tersesat. Aku sampai selepas Isya, bukannya selepas Maghrib. Aku lihat makanan sudah terhidang di atas meja, dan nampak sudah dingin. Mungkin perut Sarimah dan orang tuanya juga sudah lapar.

“Maafkan saya karena terlambat.”

“Gak apa-apa, masuklah,” kata seorang lelaki yang sebaya ayahku. Mungkin dia adalah ayah Sarimah dan calon ayah mertuaku.

“Ooo... Ini dia Salman. Ayahmu bilang kamu akan pulang lusa, kok cepat bener baliknya?” tegur seorang perempuan, yang aku yakin adalah ibu Sarimah.

“Ada yang harus diurus dulu di rumah,” balasku dan kemudian berkata, “Kenalkan ini kawan saya Rudy. Ibu dan ayah saya tidak bisa datang.”

Kemudian, Sarimah keluar dari dapur dan dia kelihatan sangat cantik. Tertegun aku dan aku sempat melihat wajah Rudy yang ikut tertegun.

“Beruntung kamu,” bisik Rudy.

Selepas makan, kami duduk di ruang tamu dan pada waktu itulah, aku lirik-lirik Rudy supaya mulai menjalankan rencananya.

“Kata Salman, ini pertama kali dia berjumpa dengan bapak dan ibu ya. Malah dengan Sarimah pun baru tadi ketemu.” kata Rudy, dan aku mulai berdebar-debar.

“Iya, ini pertama kalinya. Sebelumnya, kami lihat wajahnya dalam pass foto yang diberi oleh ibunya.” jawab ayah Sarimah.

Aku semakin berdebar-debar. Ibuku ngasih pass foto? Ah, sudah! Matilah aku!

“Tidak sangka, orang aslinya ganteng juga.” sambung ibu Sarimah.

Aku mulai merasa pipiku panas. Jarang sekali ada orang yang memuji aku tampan. Kalaupun ada, pasti ada maksudnya. Atau mungkin, ibu Sarimah hanya ingin menjaga perasaanku.

“Itulah saya heran. Karena Salman bilang, orangtuanya yang mengatur. Gak nyangka, zaman sekarang masih ada ya pernikahan yang diatur oleh orang tua. Apa rahasianya Pak?” Rudy memang tidak menunggu lama, terus saja dia bertanya sambil ketawa-ketawa kecil. Jadi, walaupun ini persoalan serius, tetapi ia nampak seperti bergurau.

“Tidak ada rahasia apa-apa. Emang Salman gak ngasih tahu kamu?”

Rudy memandangiku, kemudian dia pandangi ayah Sarimah dan menggeleng.

Lalu aku bilang, “Sebenarnya saya pun tidak tahu apa-apa.”

“Kamu tidak tanya ayah dan ibumu?”

Pada saat itulah, aku mulai merasa menyesal. Ya, aku tidak tanya pun kepada ayah dan ibuku mengapa beliau memilih Sarimah. Yang aku tahu, ibuku cuma tanya, “Mau ibu carikan kamu jodoh?” Aku pun menjawab, “Boleh.” Tiba-tiba, dua minggu kemudian, aku sudah bertunangan dan dalam satu bulan akan menikah. Itupun tunangan pakai uang ibuku. Memalukan betul.

“Saya tidak tanya.”

Ayah Sarimah mulai ketawa kecil.

“Begini, saya dan ayah kamu itu memang sudah lama kenal. Suatu hari, ngobrol-ngobrol di kedai kopi, kami bercerita tentang anak masing-masing, kemudian bercerita tentang jodoh, dan akhirnya, terus kepada rancangan mau menjodohkan anak masing-masing. Setelah itu, inilah yang terjadi,” jelas ayah Sarimah.

“Begitu saja Pak? Mudah sekali ya!” Rudy nampak terkejut, dan aku pun sebenarnya agak terkejut juga. Ya, mudah sekali ternyata.

Ibu dan ayah Sarimah hanya tersenyum lebar.

Ayahnya berkata, “Tidaklah semudah itu. Kami pun mau yang terbaik untuk anak bungsu kami. Kami pun mencari tahu latar belakang Salman.”

“Jadi Bapak tahu Salman ini menganggur dan tidak punya duit?” tanya Rudy, membuat aku geram tetapi dalam saat yang sama merasa sangat malu. Tiba-tiba aku berdoa supaya tubuhku menjadi kecil, supaya aku bisa menyembunyikan bukan saja muka, tetapi seluruh tubuhku di balik bantal.

“Tahu,” jawab ayah Sarimah sambil ketawa kecil lagi.

“Jadi?” Rudy bertanya sambil memutar tangan kanannya. Aku rasa, sebenarnya Rudy mau bilang, “Jadi, mengapa masih pilih Salman?” Mungkin karena tidak sampai hati, dia cuma pakai isyarat tangan saja. Ya, aku tahu betul sebab sudah lama aku kenal Rudy.

“Itulah yang diberitahu oleh ayahnya. Katanya, anak dia tidak tampan, tidak ada pekerjaan tetap, dan malah, bulan-bulan masih minta duit dari ibunya. Tetapi, dari situlah Bapak tahu, Salman ini akan menjadi suami yang baik.” Ayah Sarimah tidak lagi tersenyum, sebaliknya memandangku dengan wajah serius. Aku terus menunduk malu. Malunya aku. Rupanya mereka sudah tahu kalau aku ini masih minta duit selama berbulan-bulan kepada ibuku.

“Jadi?” Rudy sekali lagi menggerak-gerakkan tangannya.

“Ayahnya juga bilang, anaknya sering menelepon kampung, paling tidak dua kali seminggu. Dan, walaupun dia tidak punya pekerjaan tetap, kerjanya pun tidak menentu dengan gaji yang kecil, tetapi setiap kali mendapat gaji, ayahnya memberitahu, dia tidak pernah lupa memberikan sedikit kepada ibunya. Walaupun cuma dua ratus ribu. Jadi, bayangkan walaupun hampir tiap bulan dia kekurangan uang, tapi dia masih mau membantu orang tua. Itulah namanya tanggungjawab!”

Aku tertegun. Aku sebenarnya tidak menyangka ayahku menceritakan perkara itu juga kepada ayah Sarimah.

“Ooo... Tanggungjawab,” Hanya itu kata Rudy sambil mengangguk-angguk.

Ayah Sarimah menyambung perkataannya, “Tanggungjawab itu, bukan saat kita kaya saja. Tanggungjawab itu adalah sesuatu yang kita pegang disaat kita susah dan disaat kita senang. Lalu, dalam rumahtangga, tidak selamanya senang. Lebih banyak saat susahnya. Jadi, Bapak akan lega, karena tahu anak Bapak berada dalam tangan laki-laki yang bertanggungjawab.”

“Betul juga ya Pak. Lagi pula, Salman ini setahu saya dia tidak pernah lupa shalat dan tidak punya pacar, karena dia takut perempuan, hehe.” tambah Rudy yang membuat aku tersipu-sipu. Tidak kusangka Rudy memujiku.

“Shalat itulah perkara utama yang Bapak tanya kepada ayahnya, dan pacar pun Bapak tanya.” Ayah Sarimah kembali tertawa kecil.

“Susah mau cari orang seperti Bapak di zaman ini. Zaman sekarang, semua mau menantu kaya,” tambah Rudy lalu terlihat wajahnya tiba-tiba murung. Mungkin dia sedang bercerita tentang dirinya sendiri secara tidak sadar.

“Dulu, waktu Bapak menikahi ibu Sarimah, hidup Bapak pun susah. Bapak juga orang susah, cuma bekerja sebagai pembantu pejabat, sedangkan ibu Sarimah itu anak orang kaya di kampung. Alhamdulillah, keluarga istri Bapak termasuk yang terbuka. Lalu, kenapa Bapak tidak memberi peluang kepada orang yang susah, sedangkan Bapak dulu pun diberi peluang. Yang penting, dia susah bukan karena dia malas, tetapi karena memang belum rezeki. Beda sekali, orang malas dengan orang yang belum ada rezeki. Kalau susah karena duduk-duduk di rumah dan tidur berguling-guling, memang Bapak tidak akan terima,” jelas ayah Sarimah dengan panjang lebar.

Aku berasa mulai sedikit lega. Tidak kusangka, begitu pikiran ayah dan ibu Sarimah. Perlahan-lahan, perasaan maluku itu mulai berkurang. Perlahan-lahan juga, perasaan curigaku kepada Sarimah ikut berkurang.

“Anak Bapak hebat juga. Dia mau nurut kata Bapak. Zaman sekarang, biasanya semuanya sudah punya pacar,” kata Rudy. Aku tahu, Rudy juga sedang memasang umpan untuk mengetahui latar belakang Sarimah sekaligus. Aku kembali berdebar-debar.

“Alhamdulillah. Bapak sangat bersyukur diberi anak seperti Sarimah. Awalnya, Bapak khawatir juga, tetapi setelah satu minggu, Sarimah bilang setuju. Cuma Bapak tidak tahu apa yang membuat diadia setuju, mungkin Salman bisa tanya dia sendiri setelah menikah nanti,” kata ayah Sarimah, lalu dia, istrinya dan Rudy tertawa bersama. Tinggal aku dan Sarimah saja yang duduk diam-diam malu. Sempat aku melirik Sarimah, dan bertanya dalam hati, “Mengapa kamu mau dengan lelaki seperti aku?'

***

Alhamdulillah. Allah mudahkan usaha kami. Aku sudah sah menjadi suami Sarimah, dan setelah bersalaman dengan Sarimah, rasa gentar dan maluku kepada Sarimah mulai berkurang. Malah aku mulai memanggilnya, 'sayang'. Lalu setelah resepsi, aku dan Sarimah masuk ke dalam kamar, berdua-duan untuk pertama kalinya.

Dalam hati, masih kuingat pertanyaanku pada malam aku bertemu ayah dan ibu Sarimah. Kini pertanyaan dalam hati itu aku nyatakan dengan lidah, “Sayang, mengapa kamu setuju untuk menikah dengan laki-laki sepertiku? Laki-laki yang belum tentu masa depannya, dan mungkin juga membuat dirimu menderita.”

Tidak kusangka, pertanyaan melalui lidahku menjadi lebih panjang dan detil dari pertanyaan dalam hati.

Sarimah yang saat itu sedang duduk malu-malu, memandangku lalu mencium tanganku, dan berkata, “Ampuni Sarimah bang, ampuni Sarimah.”

Aku mulai berdebar-debar dan tidak enak hati.

“Ampuni apa sayang?”

“Sebab, Sarimah sebenarnya sempat curiga juga dengan Abang. Sarimah sempat tidak yakin dengan Abang. Malah Sarimah minta tolong kawan Sarimah, yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan Abang di kota supaya mencari tahu latar belakang Abang. Malah, Sarimah juga solat iskhtikarah hanya karena ragu-ragu kepada Abang.”

Debar jantungku kembali menurun. Rupanya, Sarimah lebih dulu mencari tahu latar belakangku? Malunya aku. Tetapi sekarang dia sudah jadi istriku, lalu aku angkat kepalanya dan kupandangi matanya.

“Abang ampunkan. Abang pun minta maaf, sebab Abang pun pernah juga berasa curiga kepadamu.”

Sarimah tersenyum. Bukan senyum manis biasa, tetapi senyuman seorang perempuan yang bahagia, dan senyuman itu sangat ajaib karena ikut membuat aku merasa bahagia. Mungkin inilah perasaan bahagia yang datang karena kita membahagiakan orang lain. Tetapi pertanyaanku tadi masih belum terjawab sepenuhnya.

“Jadi, apa kata kawanmu?” lanjutku ingin tahu. Aku risau, takut kawannya membicarakan yang tidak-tidak.

“Katanya, Abang ini tidak punya pekerjaan tetap. Motorpun pinjam punya teman, tapi katanya dia selalu melihat Abang membaca koran untuk mencari kerja, mengirim surat lamaran, dan selalu memeriksa kotak surat kalau-kalau ada surat lamaran yang dibalas. Maksudnya, Abang ini orang yang rajin berusaha. Katanya lagi, dia tidak pernah melihat Abang keluar dengan perempuan. Shalat pun pasti Abang berjamaah.”

Aku mulai tersipu malu. Takut ketahuan kalau aku tersipu, aku pun bertanya, “Tetapi orang secantik dirimu pasti banyak orang yang tertarik kan? Pasti banyak yang mau meminang dirimu, dan mungkin pasti juga yang ada sudah datang ke rumah untuk meminang.”

Sarimah sekali lagi tersenyum.

“Ya, memang banyak laki-laki yang mencoba dekat dengan Sarimah, tetapi Sarimah sangat takut. Sarimah ingat dengan kakak”

“Mengapa dengan kakak, sayang?” tanyaku segera.

Sarimah pun bercerita panjang lebar, dan aku baru tahu kalau kakaknya sudah meninggal. Kakak Sarimah dulu juga seorang perempuan cantik, dan banyak laki-laki yang meminangnya. Akhirnya, dia menikah dengan lelaki pilihan hatinya sendiri. Laki-laki yang tampan, berpendidikan tinggi, dan bekerja dengan gaji yang lumayan. Sayangnya, setelah satu tahun menikah, suami kakaknya mulai berubah karena belum juga mendapatkan anak. Dia mulai pulang terlambat, dan suka marah-marah.

Bahkan, suaminya sampai di PHK karena krisis ekonomi. Hidup mereka menjadi susah, dan suaminya juga semakin banyak berubah. Dia sudah tidak pulang berhari-hari, apabila pulang, hanya untuk meminta uang, marah-marah dan memukul istrinya. Kemudian terungkaplah bahwa selama ini suami kakaknya itu sudah memiliki perempuan lain. Lalu pada hari itu, dengan hati yang kusut, kakak Sarimah gagal mengendarai mobilnya hingga kecelakaan dan meninggal dunia. Diakhir ceritanya itu, aku langsung menggenggam tangan Sarimah erat-erat.

“Karena itulah, Sarimah takut kalau mau menerima laki-laki sembarangan dalam hidup Sarimah. Malahan, Sarimah juga sebenarnya sudah mengamanahkan ayah dan ibu untuk mencari laki-laki yang sesuai untuk Sarimah. Biar tidak kaya, biar tidak tampan, tetapi lelaki itu mampu membahagiakan hidup dengan kasih sayang dan mendamaikan hati dengan agama.”

Akhirnya, semuanya sudah jelas. Kenapa ayah dan ibu Sarimah memilih laki-laki sepertiku, dan mengapa Sarimah menerimaku dalam hidupnya. Genggaman tanganku semakin kuat.

“Abang... Tolong jaga Sarimah. Jaga dan mohon jangan lukai hati Sarimah. Mohon bang,” rayu Sarimah dan air matanya pun mulai menggenang, dan kemudian menetes di pipinya yang cantik. Aku segera menyeka air mata Sarimah.

“Abang bukanlah laki-laki terbaik, dan Abang tidak mampu berjanji menjadi suami yang terbaik untukmu. Abang cuma mampu berjanji, Abang berusaha menjadi laki-laki yang terbaik itu, dan berusaha menjadi suami yang terbaik untukmu,” kataku perlahan, dan Sarimah terus memelukku. Aku merasa, bahuku sudah basah dengan air mata Sarimah.

Karya : Bahruddin Bekri

Senin, 26 Oktober 2015

Bertangung jawab atas Pilihan Hidup.


By Rahmadsyah Mind-Therapist

Assalamu’aliakum wr.wb
Semoga Sahabat saya yang baik, sekarang sedang menikmati kebahagiaan dalam pekerjaan yang dilakukannya. Sebagai alasan bagi Allah, bahwa kita pantas untuk dijadikan pribadi-pribadi yang damai hatinya.

Pernah saya bertanya kepada diri saya. ”Pernahkah kamu menginginkan hidup yang lebih baik? Apakah pernah terbesitkan difikiran kemauan memiliki kontribusi yang lebih baik untuk ummat? Apakah kamu pernah berhasrat memiliki pengaruh yang menghasilkan kebaikan bagi orang lain? Pernahkah dirimu mempunyai kemauan, supaya kerjaanmu melintasi penjuru nusantara?”

Shahabatku yang damai hatinya. Hampir semua pertanyaan diatas saya jawab pernah dan iya. Dan bagaimana dengan Anda? Tetapi kemudian saya juga bertanya kepada diri saya. Apa yang menyebabkanmu mengeluh dengan pekerjaanmu? Apakah Anda pernah juga mengeluhkan pekerjaan yang diembankan tanggung jawab kepada Anda saat ini? Mudah-mudahan tidak lagi ya. Ini doa saya buat Anda.

Kemarin (minggu 4 Juli 2010). Saya Alhamdulillah mendapat kesempatan untuk hadir dalam acara MTGW distudio Metro Tv. Saat acara live ”Menolak dibayar Kecil”, ada shahabat kita yang bertanya ”Bagaimana menyikapi bila kita dibayar tidak sesuai dengan pendidikan dan skill yang kita miliki?” Mungkin pertanyaan ini sedang kita alami ya?

Sementara itu, seorang alumni Bank Muamalat, pernah menduduki dijajaran top managemen disana. Pernah bercerita kepada saya, tentang pengalaman hidup temannya. Kini teman beliau sudah bekerja di dirjen perbankan syariah Bank Indonesia. Singkat cerita, inti pesan yang ingin beliau sampaikan adalah teman beliau itu, dulu saat masih menjadi staff biasa di Mu’amalat, gajinya 400 ribu. Pernah ngeluh, ”Bang kerjaanku seperti ini dengan penghasilan ini belum cukup biayai keluargaku”. Tetapi, karena background pesantrennya yang memahami fikih, juga bahasa arab dan ingris. Temannya ini mendapat kesempatan untuk bekerja ke Abu Dabi. Bank dubai.

Nah, saat kerja disana, pekerjaan dan tangung jawabnya menjadi bertambah. Bahkan ada hal lain yang menjadi konsekwensinya. Kemudian, temannya ini meneluh lagi kepada beliau. ”Bang kerjaanku banyak”. Dengan bijak beliau menjawab ”Bertangung jawablah dengan pilihanmu”. Inilah inti pesan cerita teman beliau kepada saya.

Begitupula dulu saat saya mau menjadi Trainer dan Mind-Therapist. Persis seperti keinginan-keinginan yang saya sampaikan diawal tadi. Dan saya pernah keliru dengan keluhan. “Kapan ya tercapai? Kok harus belajar ini dan itu?” Dulu, saya beranggapan jadi Trainer itu enak dan mudah. Jalan-jalan keluar daerah, ada EO yang ngadain. Dipanggil untuk ngisi training. Itulah kekeliruan saya dulu.

Padahal setelah saya menjalani. Ada hal lain mesti juga saya sadari sebagai bagian yang mesti saya pelajari. Ilmu marketing, design grafis dsb. Selain itu, dulu pernah berharap, bisa membantu orang lain. Kini hampir setiap hari bila Online, ada shahabat yang sharing, konseling dan curhat. Begitupula di inbox, ada yang minta saran dan sudut pandang dengan permasalahan yang dimiliki. Alhamdulillah, ini semua tentu harus dilayani dengan baik, sopan dan bijak. Karena sudah menjadi resiko dan bertanggung jawab atas pilihan hidup yang telah saya ditentukan. Walau pernah yang terlambat ditanggapi. Tapi sungguh itu menjadi pelajaran bagi saya.

Kembali dengan pertanyaan shahabat di MTGW diatas. Pak Mario kemudian memberi jawaban dengan pertanyaan? ”Siapakah yang memilih atasan yang belum bijak kepada bawahan yang digaji tidak sesuai pendidikan dan skill itu?” Tentu shahabat setujukan, jawabannya adalah KITA sendiri. Oleh karen itu, Bertangung jawablah dengan PILIHAN hidup.

Shahabat. Apapun tugas dan tangung jawab yang sedang diembankan kepada kita sekarang. Bahkan mungkin menjadi beban hidup saat ini. Mungkin, Shahabat sebagai dokter dan perawat, terimalah dengan tulus Ikhlas bila jam 12 malam ada yang minta bantuan untuk diobati. Shahabat yang sedang kuliah, ikhlaslah dengan tuntutan mata kuliah dijurusan yang telah kita PILIH. Yang sedang bekerja digaji kecil, sadari kembali, itu karena PILIHAN kita menerima pekerjaan itu dan untuk dibayar sejumlah itu. (boleh anda tambahkan sendiri konteks yang berhubungan dengan Anda, ya !)

Mari kita sadari kembali, itu semua adalah hasil dari keputusan PILIHAN yang telah kita tentukan. Oleh karena itu, supaya tidak ada lagi penyesalan dan keluhanMari kita perbaiki kembali PILIHAN kita. Dan setelah kita putuskan dengan PILIHAN tersebut, mari kita BERTANGGUNG JAWAB.

Jakarta 5 Juli 2010.


RAHMADSYAH
Motivator&Mind-Therapist I 081511448147 I Master Practitioner NLP
Hypnotherapist I
YM ; rahmad_aceh I www.facebook. com/rahmadsyah

Meraih Ampunan Sebelum Ajal Menjemput

Mungkin kita semua sudah akrab dengan kata tobat, insyaf, atau kata yang semakna dengan itu. Tahukah Anda bahwa tobat dapat dilakukan dengan mudah? Ya, cukup dengan satu kata yang ringan diucapkan di Iidah, tetapi sangat dalam maknanya. Kata itu adalah istigfar.

Kita sering melantunkan istigfar setiap selesai shalat atau dalam situasi tertentu, misalnya ketika marah. Meskipun demikian, apakah kita telah memetik hikmah dan manfaat yang besar dari amalan ini? Sejatinya istigfar mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi kita, baik di dunia terlebih di akhirat.

Ketahuilah bahwa tobat bukan hanya menghapus dosa, menghindarkan azab, tetapi juga akan mengantarkan pelakunya ke surga. Selain itu, tobat juga merupakan solusi atas berbagai masalah dan kesulitan hidup yang kita alami. Mengapa? Karena tobat juga mampu mendatangkan rezeki, nikmat, karunia, menghilangkan emosi jiwa yang negatif, dan mendatangkan ketenangan serta kebahagiaan hidup.

Buku “Tobat Sebelum Terlambat” terbitan QultumMedia ini mengajak kita semua untuk mengamalkan tobat secara konsisten, sehingga kita merasakan manfaat yang besar dalam kehidupan ini. Tobat yang bukan hanya terucap di mulut, tetapi mengaplikasikan kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tobat dalam pengertian inilah yang akan memberikan manfaat yang besar bagi pelakunya di dunia dan akhirat.

Pada awal pembahasan...................


selengkapnya: http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/meraih-ampunan-sebelum-ajal-menjemput.html

Menyempurnakan Kualitas Ibadah Haji dan Umrah

Haji adalah salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan sekali seumur hidup oleh setiap muslim, tetapi bagi yang mampu mengerjakannya. Mampu secara individu meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Mampu secara ekonomi meliputi biaya hidup bagi dirinya dan keluarga yang ditinggalkan, serta cukup pengetahuan agama tentang ibadah haji (manasik haji).

Haji juga merupakan bentuk ketaatan paling utama, wahana mendekatkan diri paling mulia yang diridhai oleh Allah, Rabb Penguasa bumi dan langit. Selain itu, Haji juga sebagai ibadah paripurna seorang hamba dengan Allah SWT, tuntasnya beragama Islam dan kesempurnaan menjalankan syariatnya.

Oleh karenanya, sudah selayaknya setiap muslim menempuh cara yang benar agar ibadah hajinya mabrur dan umrahnya diterima. Tidak ada cara lain kecuali mengikuti petunjuk Nabi saw. Namun, banyak di kalangan kaum muslim yang enggan mendalami manasik haji, yang mengakibatkan mereka menjadi buta akan hukum-hukum dan tata cara pelaksanaan ibadah haji.

lbadah mereka tercampur dengan hal-hal bid’ah yang berdampak ditolaknya pahala ibadah hajinya. seseorang Hal tersebut lantaran tidak memenuhi syarat sahnya dalam beribadah. Pada akhirnya, acap kali dijumpai kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan ibadah haji, atau sekadar menjalankan ritual yang sebenarnya tidak memiliki daya dukung rujukan. Melakukan ritual haji atas dasar informasi yang didapat dari para teman yang telah melakukan ibadah haji. Ada juga kesalahan muncul sebagai akibat melihat jemaah lain. Kesalahan-kesalahan ini akhirnya tergandakan, bahkan cenderung pula dijadikan pedoman.

Timbullah pertanyaan dalam benak kita, sudah benarkah ibadah haji kita? Sudah sesuaikah dengan tuntunan Rasulullah? Masih adakah amalan-amalan bid’ah yang kita lakukan dalam mengerjakan ibadah haji?

Selengkapnya: http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/menyempurnakan-kualitas-ibadah-haji-dan-umrah.html

Menjadi Orang Paling Kaya dan Mulia dengan Sedekah

Menjadi orang kaya dan mulia adalah dambaan setiap manusia. Namun, tidak setiap manusia berkesempatan merasakan jadi kaya dan mulia. Peluangnya tetap berbuka kepada siapa pun, dengan catatan memenuhi persyaratan dan sistem yang telah digariskan oleh Allah SWT. Namun pertanyaannya, apakah kita sudah tahu dan memahami sistem yang Allah tetapkan untuk mencapai tujuan itu?

Semuanya telah digariskan teori-Nya dalam Al-Qur`an, hadits, dan sunah Rasul. Sedekah akan mengantarakan Anda kepada kekayaan dan kemuliaan di hadapan Allah dan manusia. Jika Anda bersedekah dan memenuhi ketentuannya, berarti Anda sedang membangun struktur kehidupan Anda menuju kemuliaan. Anda akan terus-menerus mendapat kejutan dalam kehidupan Anda. Tidak ada kebahagiaan yang lebih, dibanding menjadi mulia di hadapan Allah dan manusia, karena bersedekah berarti membangun hubungan sosial yang berlandaskan ridha Allah. Jangan tanya bagaimana Allah akan membayar Anda. Allah tidak akan kehabisan cara untuk melunasi Anda, bahkan dari angle yang tidak Anda bayangkan sekalipun.

"Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq [65]: 3)

Jika Anda tidak memenuhi ketentuan sedekah, maka Anda akan berada dalam situasi penantian yang sia-sia. Anda akan terjebak dalam ketidaksabaran, karena sedekah Anda harus disalurkan untuk menutupi dosa-dosa dari perbuatan yang lain. Oleh sebab itu, taatilah rambu-rambunya dan hindari duri-durinya.

Selengkapnya: http://qultummedia.com/Kabar-Qultum/Review-Buku/menjadi-orang-paling-kaya-dan-mulia-dengan-sedekah.html

Dalam Surat Ar-Rahman ayat 26-27


 
http://www.dudung.net/images/quran/55/55_26.png
kullu man 'alayhaa faanin
[55:26] Semua yang ada di bumi itu akan binasa.



http://www.dudung.net/images/quran/55/55_27.png
wayabqaa wajhu rabbika dzuu aljalaali waal-ikraami
[55:27] Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Kemudian Rasulullah bersabda“…Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa kodisi keimanan penghujung hayat seseorang sangat menentukan nasibnya kelak di akhirat. Walaupun seorang hamba sudah berbuat kebaikan selama hidupnya, sehingga bisa dikatakan sebagai ahli syurga,  tetapi pada saat meninggal dia kufur, maka Allah akan memasukannya ke dalam Neraka (su’ul khatimah). Sebaliknya walaupun seorang hamba telah melakukan maksiat hampir sepanjang hayat, sehingga orang mengatakannya sebagai ahli neraka, namun pada saat ia meninggal dalam keadaan taubat dengan taubat yang sebenar-benarnya, maka Allah akan memasukannya ke dalam Syurga-Nya (husnul khatimah).
Berbuat baiklah selalu, karena kita tak tahu kapan tiba waktu itu.

Apa Benar Tape Itu Termasuk Alkohol?


Pertanyaan:
Apa hukum makan tape (ketan atau singkong), karena di dalamnya ada alkohol?

Jawaban:

Tape halal, tidak ada yang perlu dirumitkan dalam masalah ini, karena yang diharamkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makanan dan minuman yang memabukkan, dan pengertian memabukkan adalah yang menghilangkan akal disebabkan oleh makanan atau minuman tersebut. Oleh karenanya, jika makanan tersebut dikonsumsi dengan banyak lalu memabukkan, maka mengkonsumsinya meski sedikit pun menjadi haram, berdasarkan sabda Rasulullah,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَا أَسْكَرَ مِنْهُ الْفَرْقُ فَمِلْءُ الْكَفِّ مِنْهُ حَرَامٌ
“Dari Aisyah, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Setiap yang memabukkan itu haram, dan kalau (minum) satu gentong itu memabukkan, maka meminum satu ciduk tangan pun haram.’” (Hr. Abu Daud: 3587, Tirmizi: 1928, dengan sanad shahih)
Dengan ini, maka illat dan patokannya adalah apakah makanan atau minuman tersebut memabukkan ataukah tidak. Kalau memabukkan berarti haram, sedangkan kalau tidak, berarti halal. Bukan karena ada unsur alkohol ataukah tidak, karena makanan yang mengandung unsur alkohol tidak hanya tape, tetapi juga beberapa buah-buahan, seperti durian, juga minuman yang diambil dari buah pohon siwalan (legen, dalam bahasa Jawa). Bahkan, nasi pun mengandung unsur alkohol.
Namun ada dua hal yang perlu diingat:
1.        
Harap dibedakan antara memabukkan (hilang akal) dengan sakit mabuk karena makan makanan tertentu. Bisa saja sebuah makanan menyebabkan sakit bila dikonsumsi, mungkin karena berlebihan atau mungkin karena alergi. Namun, ini bukan termasuk makanan yang memabukkan karena memabukkan adalah menghilangkan akal.
2.        
Patokan apakah makanan atau minuman itu memabukkan ataukah tidak adalah jika makanan tersebut dikonsumsi oleh orang yang belum pernah minum minuman keras, bukan orang yang sudah biasa teler karena sering minum minuman keras. Wallahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon, edisi 12, tahun ke-7, 1430 H/2009 M.
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi KonsultasiSyariah. com)

Sumber:
http://konsultasisy ariah.com/ fikih/halal- haram/apa- benar-tape- itu-termasuk- alkohol.html

Perkawinan Sebuah Fitrah Kemanusiaan

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Alloh Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.

Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS: Ar-Ruum: 30).

A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, telah bersabda Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya: "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (HR: Thabrani dan Hakim).

B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda yang artinya: "Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (HR: Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda, yang artinya: "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (HR: Bukhari dan Muslim).

Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".

Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.

Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Alloh.

Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, misalnya ia berkata: "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".

Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam. Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Alloh akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Alloh Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya, yang artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS: An-Nur: 32).

Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Alloh itu dengan sabdanya, yang artinya: "Ada tiga golongan manusia yang berhak Alloh tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (HR: Ahmad 2: 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2: 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).

Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata: "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Tuhfatul 'Arus hal. 20).

(Sumber Rujukan: Berbagai Sumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah serta Kitab-Kitab Hadits)

Indahnya Pernikahan Dalam Islam

Menurut Muhammad Fauzil Adhim, pakar pernikahan dan parenting, hubungan suami dan istri dalam islam bukan berlandasan kepada kewajiban (misalnya, bakti istri pada suami). Tapi apapun yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah s w t.

Dengan kata lain, intinya adalah hubungan yang lebih tulus semata mata karena Allah dan bukan karena sesuatu yang bisa dibeli dengan uang (tidak bersifat transaksional).

Misalnya, kalau kita bisa melakukan yang lebih baik kepada pasangan kita, kenapa tidak.
Karena orientasinya adalah mencari ridho Allah atau mengharapkan pahala dari Allah. Dan bukan mengharapkan balasan yang lebih baik dari pasangan kita. Jika kemudian ia ternyata membalas kebaikan kita dengan yang lebih baik lagi, maka itu merupakan sunnatullah.

Menurut Fauzil (mantan dosen psikologi UII jogyakarta), yang membuat pernikahan bahagia adalah karena orientasi pernikahan yang kuat. Semakin kuat orientasinya, semakin besar peluang pernikahan itu bertahan lama dan bahagia.

Sebaliknya, pernikahan yang dilandasi oleh harapan harapan akan menimbulkan masalah dan mendatangkan kekecewaan. Misalnya seorang laki laki yang menikahi perempuam berjilbab yang juga seorang muslim aktivis, kata Fauzil. Ketika ia hendak shalat tahajjud, ternyata istrinya sulit dibangunkan. Kalau pernikahannya dilandasi harapan, maka ia akan kecewa karena tidak sesuai dengan yang ia harapkan.

Namun kalau pernikahannya berangkat dari orientasi ketaatan kepada Allah, semua itu indah saja.

Menurut Fauzil, Ketaatan kepada Allah tidak harus mengabaikan hak hak yang bersifat fisik. Misalnya, kecantikan, pakaian dan sebagainya perlu diperhatikan sebagai bahagian dari bentuk ketaatan kepada Allah. Sebaliknya, suami berpenampilan rapi, mengenakan pakaian bagus, dan memakai parfum yang disukai oleh istri.

Akhirnya, keindahan dan kebahagian pernikahan akan tercapai bila pola hubungan suami istri itu seimbang, tegas Fauzil. Suami tahu akan hak istri, dan istri tahu akan hak suami.
Masing masing juga tahu dan sadar akan kewajibannya sebagai suami atau istri.

Dengan kata lain, sebuah pernikahan yang bahagia adalah jika suami berorientasi memenuhi hak istri dan melaksanakan kewajibannya sebagai suami. Dan sebaliknya. Insya Allah.

Sumber: http://id.shvoong.com

=================

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Minggu, 25 Oktober 2015

Managemen Keliru ; dibahas saat Provokasi Smart FM edisi 8 Juli 2010.


By ; Rahmadsyah Mind-Therapist

Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabat saya yang baik. Semoga note pendek saya ini menyapa Anda dalam penuh hati yang damai, tentram dan cemerlang. Sehingga keindahan dan gelora kebahagiaan yang sekarang kita rasakan, kita syukuri penuh totalitas, sehingga tersebarkan keorang-orang terdekat kita.
 
Jam 19.00 tadi, saya mendapat kesempatan untuk jadi guest Provocatuer di Smart FM. Pada acara PROVOKASI, yang tuan rumahnya pak Prasetya M Brata. Tema yang kami bahas adalah tentang ”Keliru”, semoga sharing lewat note ini merangkum apa yang disharingkan tadi.
 
Berbicara mengenai keliru, setiap kita sudah tentu pernah mengalami nya, bukan? Keliru jalan, keliru pakai baju, keliru bicara, keliru belanja, keliru minum obat, keliru terima kerjaan, keliru nulis, keliru pemahaman (Keyakinan & value), keliru cara dan berbagai macam konteks lainya. Semoga shahabat tidak keliru tetap membaca sampai pada inti poin sharing ini.
 
Sebelum saya lanjutkan, saya mau memperjelas, makna keliru yang saya maksud disini. Keliru adalah pemahaman berupa pengertian yang membuat kita menjadi SADAR, bahwa cara-cara yang telah kita lakukan itu tidak mengantarkan kita kepada hal yang kita inginkan. Sehingga membuat kita bertanggung jawab atas kekeliruan tersebut.
 
Jadi, pada dasarnya, keliru itu adalah hasil pemahaman baru pada waktu sekarang. Terhadap, Apakah itu niat, fikiran dan tindakan yang telah berlalu. Supaya, kita tau dan sadar, apa tepat, cocok, sesuai dan bijak untuk kita niatkan, fikirkan dan lakukan. Sehingga terwujud, tercapai, dan kita mendapatkan, apa yang kita inginkan (Sesuai outcome).
 
Pada sesi ketiga, ada sms masuk dari pendengar Provokasi, ”Mengapa kita sering keliru dan bagiamana supaya kita bertangung jawab?”. Mungkin hal serupa yang muncul dibenak anda. Sebelumnya, saya ucapkan selamat kepada beliau karena sudah sadar keliru. Pengalaman pribadi saya, yang membuat saya melakukan keliru (niat, fikiran, ucapan dan tindakan), karena tidak menyadari apa yang saya lakukan. Akibat dari tidak menyadari, membuat saya sulit untuk bertanggung jawab. Nah, menjadi pertanyaan, bagaimana agar kesadaran itu hadir?
 
Kesadaran itu muncul karena ada nya kejelasan, kejelasan disebabkan oleh perbedaan, perbedaan diketahui dari perbandingan. Sehingga, kalau kita strukturkan ”Perbandingan – perbedaan – Kejelasan – Kesadaran”. Jadi, supaya kita dapat bertanggung jawab, maka kita mesti SADAR. (Mari kita bertanggung jawab atas pilihan yang telah kita putuskan).
 
Kemudian Ibu Nancy (Host smart FM) membacakan lagi pertanyaan dari pendengar lain, "Bagaimana melupakan Kekeliruan dan memaafkan diri, terhadap peristiwa (hal) yang telah terjadi?” Sebenarnya apapun yang pernah masuk kedalam memory otak kita, maka hal itu tidak terlupakan lagi. Cuma, kita tidak menyadari saja.
 
Sebagaimana arti kekeliruan diatas, bahwa itu sesuatu peristiwa yang sudah berlalu. Maka, yang bijak kita lakukan adalah bukan melupakan, tetapi bagaimana kita menyikapinya? Hemat saya hal itu patut kita syukuri telah terjadi. Karena, dengan itulah kita bisa tau apa yang tepat, sesuai, cocok dan bijak kita lakukan kedepannya.
 
Namun, apabila kekeliruan yang telah kita akui itu, masih meninggalkan bekas berupa rasa yang tidak menyenangkan, bahkan terus menganggu kehidupan kita sekarang. Mari kita sadari, Ini terjadi karena kita belum mampu mengambil hikmah atau pembelajaran dari hal itu. Dalam hal ini, mungkin kita butuh bantuan orang lain, baik itu teman yang mampu dalam hal tersebut, psikolog, Mind-therapist atau siapapun yang kita anggap capable. (Shahabat bisa membaca tip Mind-Therapy Memaafkan diri sendiri).
 
Setelah itu, ada pertanyaan lain. Bagaimana agar kita tidak keliru (menghindarinya) ? Saya yakin, dalam beberapa konteks, tentu kita dituntut agar tidak boleh keliru sedikit pun. Apalagi berhubungan dengan nyawa, iyakan? Saya ingin perjelas, managemen keliru yang saya maksud disini, bukanlah mengabaikan perencanaan, atau melakukan pengambilan keputusan tanpa analisis (Asal-asalan) . Tetapi, Pemahaman, pengertian dan menyadari betul, akan proses (Fikiran, ucapan dan tindakan) dilakukan. Sehingga, kita akan sangat bertangung jawab pada hasil apapun yang terjadi. Dan kita pun akan sangat mengetahui, cara apa yang tepat dan sesuai. (Karena kita SADAR).
 
Jadi kesimpulannya adalah mari kita percepat proses kesadaran kita, terutama dalam hal kekeliruan kita. Cara kita menyadari keliru adalah Jujur. Maka jujurlah pada diri kita sendiri, Kemudian mari kita BERTANGGUNG JAWAB.
 
Jakarta 8 July 2010.


RAHMADSYAH
Motivator&Mind-Therapist I 081511448147 I Master Practitioner NLP
Hypnotherapist I
YM ; rahmad_aceh I www.facebook. com/rahmadsyah

www.rahmadsyahnlp. blogspot. com

Ada Iklan Rokok....

Ada iklan rokok, menampilkan model pria yang terlihat jantan. Hati-hati, jangan sampai tertipu apalagi terpesona dengan tampilan sang model yang jantan. Karena merokok, justru menunjukkan pria itu tidak jantan, dalam arti perilaku, bukan fisik.

Kalau anda seorang ikhwan perokok, dan belum nikah juga, berarti anda jauh dari yang namanya JANTAN. Karena seorang ikhwan yang jantan dan beriman seharusnya membawa kebaikan, bukan keburukan. Dan merokok lebih banyak keburukannya.

Kalau anda seorang ikhwan perokok, dan sudah menikah, apalagi sudah memiliki keturunan, berarti anda lebih jauh lagi dari yang namanya JANTAN. Karena seorang suami yang sekaligus seorang ayah yang benar-benar jantan, seharusnya menjadi pemimpin yang bisa membuat keluarganya menjadi lebih baik, bukan lebih buruk karena merokok. Karena rokok lebih banyak keburukannya.

Jadi, JANGAN MEROKOK kalau ingin disebut JANTAN. Tapi MENIKAHLAH bagi ikhwan yang masih single, agar terbukti KEJANTANANMU.

Jadi, JANGAN MEROKOK kalau ingin disebut suami atau ayah yang JANTAN. Tapi jadilah Imam Keluarga yang mengajak kepada kebaikan bukan keburukan, dan berani bertanggung jawab dunia akhirat, agar terbukti KEJANTANANMU.

Jadi, seorang ikhwan yang menikah dan tidak merokok, itulah IKHWAN JANTAN SEJATI.

Jadi, JANGAN MEROKOK dan AYO MENIKAH!!!

Rico Atmaka - Koordinator MKI
02150212373 / 08881316837 / 08558406013

c