Laman

c

Kamis, 20 November 2008

RUMAH TANGGA TELADAN

Ar-Royyan.com

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Al Ahzab: 28-29)

Allah telah memperlihatkan tipe rumah tangga teladan lewat utusan-Nya Rasulullah SAW. Sebagai umatnya kita diwajibkan untuk beruswah (mengambil contoh) kepada beliau dalam segala hal, termasuk rumah tangga. Hal ini sebagaimana telah diperintahkan Allah dalam kitab-Nya yang mulia "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan hari kiamat. Dan dia banyak menyebut nama Allah" (QS. Al Ahzab: 21).

Membentuk rumah tangga teladan merupakan dambaan setiap insan, baik bagi mereka yang belum memasuki jenjang tersebut maupun bagi yang tengah menapakinya. Membentuk rumah tangga teladan bukanlah pekerjaan yang ringan, karena di dalamnya diperlukan jihad yang besar yaitu tadhiyah (pengorbanan) yang tinggi, saling tafahum (memahami) antara suami istri, dan sikap ikhlas dalam menerima kelemahan masing-masing. Oleh karena itu untuk mendirikan rumah tangga teladan diperlukan pribadi-pribadi tangguh dan kokoh, agar mampu menahan badai dan ombak yang menerpa biduk rumah tangga.

KARAKTERISTIK KELUARGA TELADAN

Karakteristik pertama, rumah tangga yang didirikan berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah. Rumah tangga yang didirikan berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah dalam menyelesaian segala persoalan akan dikembalikan pada Al-Qur'an dan hadits. Dalam hal ini Allah berfirman, " ....
Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan pada Allah dan Rasul-Nya ...."(QS. An Nisa': 59).

Karakteristik yang kedua; Rumah tangga yang berdiri di atas pondasi kuat berupa ketenangan, cinta dan kasih sayang. Apabila kita dapat mendirikan keluarga yang saling mencintai dan menyayangi, maka otomatis masyarakat yang saling cinta mencintaipun akan terwujud pula, seperti telah Allah sebutkan dalam surat Ar-Rum ayat 21 tersebut di atas.

Karakteristik ketiga: Rumah tangga yang saling bekerjasama dan masing-masing melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah telah memberi contoh bagaimana beliau
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga para istrinya. Berkata A'isyah "Rasulullah selalu membantu istrinya. Apabila tiba waktu sholat, beliau pergi untuk menunaikan sholat"(HR.Bukhari dan Tirmidzi). Banyak pekerjaan rumah tangga yang sering beliau kerjakan, seperti memperbaiki sandal, memerah susu, mempersiapkan segala keperluan pribadi,
mengasuh anak dan sebagainya. Apabila Rasulullah saja sebagai pemimpin besar umat mau membantu para istrinya, apalagi bagi para laki-laki yang kedudukannya lebih rendah dari beliau, tentu harus lebih "mau" dalam membantu para istrinya.

Karakteristik keempat yakni, rumah tangga yang memperhatikan unsur-unsur yang berhubungan dengan rumah tinggal antara lain
pertama senantiasa menjaga kebersihan, Rasulullah bersabda, "Jangan kamu meniru orang Yahudi, mereka itu meletakkan sampah di halaman rumah ". Dalam hadits lain Rasul pun bersabda bahwa "Kebersihan itu sebagian daripada iman".
Yang kedua, mampu memberikan tempat tidur sendiri bagi anak-anaknya. Pemisahan tempat tidur ini berdasarkan hadits "Suruhlah anakmu sholat pada saat berumur tujuh tahun, dan pukullah bila mereka enggan melakukannya saat sudah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.(HR.Abu Daud).

Karakteristik yang kelima adalah Jauh dari sikap boros (sederhana), dalam hal makanan, minuman, pakaian dan perabot rumah tangga. Sikap ini akan menghindarkan kita dari 'pemubadziran'. Allah befirman: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al A'raf:31)


LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN KELUARGA TELADAN

Pertama, Fase Pembiasaan (Bi'ah Ta'widiyyah) Lingkungan dalam keluarga untuk tahap awalnya bisa dibangun diatas "pembiasaan-pembiasaan". Artinya, pada masa ini, seorang yang paling berpengaruh maupun yang berkuasa dalam keluarga tersebut, menerapkan sistem pembiasaan kepada seluruh anggota keluarganya untuk selalu bersikap dan berperilaku baik. Peran seorang ayah tentu sangat dominan dalam hal ini. Pembiasaan yang dimaksud harus merujuk kepada syariat islam, baik kepada AlQur'an maupun kepada sunnah Rosulullah SAW yang keduanya merupakan dua sumber hukum yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapapun. Firman Allah SWT: Artinya: "Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan sholat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya ..." (QS. Thoha: 132)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

c