Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabatku
yang baik. Semoga hari yang berhagia ini, semakin menambah nilai-nilai
kebaikan bagi kita. Mudah-mudahan setiap detik sejarah telah terukir
dalam simpanan energi semesta, Menjadikan kita lebih berkarakter mulia.
Diantaranya semakin bertambah kejujuran baik kepada diri sendiri atau
kepada orang lain.
Seorang shahabat saya menjadikan “Keputusan yang dibuat manusia / diambil oleh seseorang mempengaruhi kehidupan orang lain” sebagai tema penelitian ilmiahnya. Tema yang sederhana, tapi memiliki makna yang dalam, jika kita kaji dari ranah spiritual.
Tema
diatas mengingatkan saya tentang tujuan penciptaan manusia yang Allah
terangkan di Al-Baqarah : Kahlifah. Sebagai khalifah wajib menyadari
akan keputusan-keputusan yang diambil untuk menyeimbangkan kehidupan
dunia.
Sementara
itu, saat saya menuliskan note yang sedang anda baca sekarang. Terbesit
sesuatu dalam fikiran saya. Itu tatkala merenungi tentang makna
kejujuran. Mungkin anda pernah mendengar judul sebuah buku ”Jujur mata uang yang hilang” atau mungkin kata bijak yang lain berhubungan dengan kejujuran.
Sebuah pertanyaan kontemplasi bagi diri, Sudahkah saya jujur?. Saya tidak tau bagaimana dengan prinsip hidup anda. Apakah anda senang dengan kejujuran? Saya yakin dan percaya, kejujuran adalah pengantar kepada pintu kepercayaan.
Berbohong pada diri sendiri
”Hindari bohong, Jujurlah pada diri sendiri”.
Nasehat yang saya dapatkan dari Tengku di di menasah saat belajar
membaca Al-Qur’an, dan mengaji kitab Masailal Muhtadin dan Tanbiqhul
Ghafilin. Bahkan juga diulang-ulang oleh ustaz saya di Ma’had Ruhul
Islam.
Ibda
binafsik, mulai dari diri sendiri. Pesan Rasulullah untuk melakukan
perubahan. Sekarang saya sadari, ini awal dari kemuduran dan gelapnya
hati. Demi membahagiakan orang lain, sudi kiranya membohongi diri
sendiri. Agar menyenangi teman, rela berkata tidak sesuai dengan hati.
Supaya membahagiakan shahabat, mengikhlaskan penderitaan diri.
Bukan persoalan salah dan benar, Melainkan cara menyikapi dan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Guru saya di Pondok Pesantren NLP Pasar Minggu. Sering membingkai pembelajaran demikian.
Jujur adalah pintu kesadaran dan hakekat kesuksesan hidup.
Mungkin ”Katakan kebenaran, walau itu pahit (sakit untuk
didengar, sulit diterima atau bahkan ditolak)” adalah
penjabaran dari anjuran berlaku Jujur pada diri sendiri. Ada hal-hal
menarik yang saya temukan, saat membantu shahabat menyelesaikan
persoalannya. Yang kini menjadi pembelajaran hidup.
Ada keluhan ingin berlari dari hiruk pikuk tuntutan target pekerjaan. Ada juga seorang bapak-bapak berucap, Saya mau merdeka dari tuntutan orang lain. Pernah juga teman menyampaikan, Aku ingin orang tua mengerti kemauanku. Saya sendiripun dulu pernah bertanya, Sampai kapan saya harus mengikuti kemauan bukan diri saya sendiri.
Seorang
wanita tidak mampu menolak menerima calon suami dari ayah ibunya.
Pernah juga, seorang teman lelaki, melepaskan wanita yang dicintainya
demi membahagiakan ibunya dengan menikahi wanita bukan pujaan hatinya.
Tidak sedikit, saya berjumpa dan mendengar curhatan para pekerja, yang
beraktivitas bukan pada bidang yang disukainya.
Pakar
kejiwaan pernah bertutur ”Orang-orang yang bekerja pada bidang yang dia
cintai dan senangi, memiliki kesempatan hidup lebih lama”
Guru
saya bapak Noeryanto, Pengasuh Pondok Pesantren NLP Pasar Minggu
mengingatkan ”Saat ayam (binatang) memahami kodratnya sebagai ayam, dan
manusia memahami kodratnya sebagai manusia (khalifah). Maka
keseimbangan alam terjadi. Itulah mamfaat KESADARAN”
Dari kejadian dan peristiwa diatas. Saya menemukan satu hal, bahwa Jujur kepada diri sendiri bisa sebagai proses Therapy Perasaan Gak Enakan.
RAHMADSYAH
Motivator&Mind-Therapist I 081511448147 I Master Practitioner NLP
Hypnotherapist I YM ; rahmad_aceh I www.facebook. com/rahmadsyah
www.rahmadsyahnlp. blogspot. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar