Menurut Muhammad Fauzil Adhim,
pakar pernikahan dan parenting, hubungan suami dan istri dalam
islam bukan berlandasan kepada kewajiban (misalnya, bakti istri pada
suami). Tapi apapun yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya
adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah s w t.
Dengan kata lain, intinya adalah hubungan yang lebih tulus semata mata karena Allah dan bukan karena sesuatu yang bisa dibeli dengan uang (tidak bersifat transaksional).
Misalnya, kalau kita bisa melakukan yang lebih baik kepada pasangan kita, kenapa tidak.
Karena orientasinya adalah mencari ridho Allah atau
mengharapkan pahala dari Allah. Dan bukan mengharapkan balasan yang
lebih baik dari pasangan kita. Jika kemudian ia ternyata membalas
kebaikan kita dengan yang lebih baik lagi, maka itu merupakan
sunnatullah.
Menurut Fauzil (mantan dosen psikologi UII jogyakarta), yang membuat
pernikahan bahagia adalah karena orientasi pernikahan yang kuat. Semakin
kuat orientasinya, semakin besar peluang pernikahan itu bertahan lama
dan bahagia.
Sebaliknya, pernikahan yang dilandasi oleh harapan harapan akan
menimbulkan masalah dan mendatangkan kekecewaan. Misalnya seorang laki
laki yang menikahi perempuam berjilbab yang juga seorang muslim aktivis,
kata Fauzil. Ketika ia hendak shalat tahajjud, ternyata istrinya sulit
dibangunkan. Kalau pernikahannya dilandasi harapan, maka ia akan kecewa
karena tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
Namun kalau pernikahannya berangkat dari orientasi ketaatan kepada
Allah, semua itu indah saja.
Menurut Fauzil, Ketaatan kepada Allah tidak harus mengabaikan hak hak
yang bersifat fisik. Misalnya, kecantikan, pakaian dan sebagainya perlu
diperhatikan sebagai bahagian dari bentuk ketaatan kepada Allah.
Sebaliknya, suami berpenampilan rapi, mengenakan pakaian bagus, dan
memakai parfum yang disukai oleh istri.
Akhirnya, keindahan dan kebahagian pernikahan akan tercapai bila pola
hubungan suami istri itu seimbang, tegas Fauzil. Suami tahu akan hak
istri, dan istri tahu akan hak suami.
Masing masing juga tahu dan sadar
akan kewajibannya sebagai suami atau istri.
Dengan kata lain, sebuah pernikahan yang bahagia adalah jika suami
berorientasi memenuhi hak istri dan melaksanakan kewajibannya sebagai
suami. Dan sebaliknya. Insya Allah.
Sumber: http://id.shvoong.com
=================
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar